KOTBAH HARI MINGGU BIASA II. MINGGU, 19 JANUARI 2020. YES.49:3.5-6. IKor.1:1-3. Yoh.1:29-34.
OLEH : RD. JOHN KOTA SANDO
Ada ungkapan yang mengatakan: "Jika anda menginginkan buah apel, anda harus menanam bibit apel. Jika anda mau jeruk, anda tidak bisa menanam kaktus. Anda hanya bisa memperoleh buah yang anda inginkan sesuai dengan bibit yang anda tanam. Demikianpun juga, anda tidak bisa berkata negatif, sementara anda mengharapkan yang positif. Anda tidak bisa mengatakan kekalahan, sementara anda mengharapkan kemenangan. Anda tidak bisa mengatakan saya takut atau tidak mampu, kalau anda menginginkan keberhasilan".
Ungkapan ini dapat dikaitkan dengan tugas dan panggilan kita sebagai pewarta atau rasul Kristus. Allah menghendaki dan memanggil kita semua untuk menjadi rasul Kristus. Rasul Paulus pun dalam bacaan kedua (IKor.1:1-3) sungguh menyadari hal tersebut bahwa panggilannya sebagai rasul Kristus adalah semata-mata karena kehendak Allah sendiri: "Dari Paulus, yang oleh kehendak Allah dipanggil menjadi rasul Kristus Yesus" (IKor.1:1). Tetapi pertanyaan refleksinya bagi kita adalah, apalah arti pewartaan kita tentang Kristus, kalau iman kita akan Yesus Kristus sendiri belum sungguh mendarah daging dalam diri kita? Tentu kita semua menginginkan agar oleh pewartaan kita, Kristus semakin hidup di hati semua orang. Tetapi apalah artinya harapan kita itu, kalau Kristus sendiri belum sungguh hidup di hati kita? Apalah artinya kita berbicara tentang kejujuran dan tanggung jawab, kalau kita sendiri tidak jujur dan tidak bertanggung jawab dalam tugas-tugas dan pekerjaan kita? Apalah artinya kita berbicara tentang persaudaraan dan persahabatan, kalau kita sendiri adalah pribadi yang egois? Apalah artinya kita ingin menjadi pemimpin bagi banyak orang, kalau kita tidak bisa memimpin diri kita sendiri?
Nabi Yesaya sebagaimana kita dengar dalam bacaan pertama (Yes. 49:3.5-6), sungguh dipercaya oleh Allah, karena Allah betul-betul mengenal hati dan imannya. Maka Allah mempercayakan kepadanya suatu tugas perutusan yang lebih besar, yang tidak sebatas pada Israel bangsanya sendiri, tetapi juga meliputi seluruh bangsa: "Terlalu sedikit bagimu untuk hanya menjadi hambaKu, hanya menegakkan suku-suku Yakub dan mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Maka Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa, supaya keselamatan yang dari padaKu sampai ke ujung bumi" (Yes.49:6). Allah sungguh menaruh kepercayaan kepada Nabi Yesaya sebagai "terang bagi bangsa-bangsa", karena ia pertama-tama sudah menjadikan Allah sebagai terang bagi dirinya.
Panggilan dan tugas sebagai seorang pewarta membutuhkan kesaksian hidup. Kita mewartakan apa yang kita lakukan dan alami sendiri, sehingga pewartaan kita berpengaruh kuat pada orang lain. Pewartaan tentang Kristus hanya bisa berpengaruh kuat pada orang lain, kalau kita sendiri mengalami Yesus itu dalam pengalaman pribadi kita. Karena pengalaman dan keyakinan itu, maka diri kita dapat menjadi "jembatan" yang menghubungkan dan menyatukan orang lain dengan Kristus.
Bacaan Injil (Yoh.1:29-34) menampilkan sosok seorang Yohanes Pembaptis yang mewartakan Yesus sebagai Anak Domba Allah: "Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia" (Yoh 1:29). Melalui pewartaannya ini, Yohanes Pembaptis telah menunjukkan siapa Yesus itu bagi kita. Yesus adalah Anak Domba Allah, yang telah mengorbankan hidupNya untuk menebus dosa-dosa kita. Kesadaran ini harus mendorong kita untuk mewartakan kepada sesama kita bahwa dalam diri Yesus, Anak Domba Allah, ada belas kasih Allah yang terus-menerus menghapus dosa-dosa kita: "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba" (Yes.1:18).
Pewartaan Yohanes Pembaptis tentang Yesus Sang Anak Domba Allah, tidak terlepas dari penghayatan dan keyakinannya yang mendalam akan misi pengorbanan Yesus dalam menyelamatkan umat manusia dari kuasa dosa. Demikianpun pewartaan kita tentang Yesus sebagai Anak Domba Allah, harus pertama-tama muncul dari penghayatan dan kesadaran kita sebagai pribadi yang ditebus oleh pengorbanan Yesus. Jika kita tidak menghayati dan menyadari hal tersebut, maka pewartaan kita tidak akan bermakna dan tidak akan bergema, karena tidak berasal dari kesaksian dan pengalaman kita pribadi.
Bagi Yohanes Pembaptis, Yesus adalah segala-galanya. Ia sungguh menyadari siapa dirinya di hadapan Yesus, maka ia dengan jujur dan rendah hati mengatakan: "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil"-Illum oportet crescere me autem minui-(Yoh.3:30). Bagi kitapun pewartaan kita hanya bisa bergema dan menghasilkan buah-buah kebaikan bagi orang lain, kalau kita menjadikan Yesus sebagai segala-galanya dalam hidup kita. Dan lewat pewartaan kita, Kristus harus semakin besar dan kita semakin kecil agar kekuatan Kristus menaungi kita dan semua orang yang kita layani. Semoga oleh pewartaan kita, Kristus dicintai dan hidup di hati semua orang.
A M I N.
***************
OLEH : RD. JOHN KOTA SANDO
Ada ungkapan yang mengatakan: "Jika anda menginginkan buah apel, anda harus menanam bibit apel. Jika anda mau jeruk, anda tidak bisa menanam kaktus. Anda hanya bisa memperoleh buah yang anda inginkan sesuai dengan bibit yang anda tanam. Demikianpun juga, anda tidak bisa berkata negatif, sementara anda mengharapkan yang positif. Anda tidak bisa mengatakan kekalahan, sementara anda mengharapkan kemenangan. Anda tidak bisa mengatakan saya takut atau tidak mampu, kalau anda menginginkan keberhasilan".
Ungkapan ini dapat dikaitkan dengan tugas dan panggilan kita sebagai pewarta atau rasul Kristus. Allah menghendaki dan memanggil kita semua untuk menjadi rasul Kristus. Rasul Paulus pun dalam bacaan kedua (IKor.1:1-3) sungguh menyadari hal tersebut bahwa panggilannya sebagai rasul Kristus adalah semata-mata karena kehendak Allah sendiri: "Dari Paulus, yang oleh kehendak Allah dipanggil menjadi rasul Kristus Yesus" (IKor.1:1). Tetapi pertanyaan refleksinya bagi kita adalah, apalah arti pewartaan kita tentang Kristus, kalau iman kita akan Yesus Kristus sendiri belum sungguh mendarah daging dalam diri kita? Tentu kita semua menginginkan agar oleh pewartaan kita, Kristus semakin hidup di hati semua orang. Tetapi apalah artinya harapan kita itu, kalau Kristus sendiri belum sungguh hidup di hati kita? Apalah artinya kita berbicara tentang kejujuran dan tanggung jawab, kalau kita sendiri tidak jujur dan tidak bertanggung jawab dalam tugas-tugas dan pekerjaan kita? Apalah artinya kita berbicara tentang persaudaraan dan persahabatan, kalau kita sendiri adalah pribadi yang egois? Apalah artinya kita ingin menjadi pemimpin bagi banyak orang, kalau kita tidak bisa memimpin diri kita sendiri?
Nabi Yesaya sebagaimana kita dengar dalam bacaan pertama (Yes. 49:3.5-6), sungguh dipercaya oleh Allah, karena Allah betul-betul mengenal hati dan imannya. Maka Allah mempercayakan kepadanya suatu tugas perutusan yang lebih besar, yang tidak sebatas pada Israel bangsanya sendiri, tetapi juga meliputi seluruh bangsa: "Terlalu sedikit bagimu untuk hanya menjadi hambaKu, hanya menegakkan suku-suku Yakub dan mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Maka Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa, supaya keselamatan yang dari padaKu sampai ke ujung bumi" (Yes.49:6). Allah sungguh menaruh kepercayaan kepada Nabi Yesaya sebagai "terang bagi bangsa-bangsa", karena ia pertama-tama sudah menjadikan Allah sebagai terang bagi dirinya.
Panggilan dan tugas sebagai seorang pewarta membutuhkan kesaksian hidup. Kita mewartakan apa yang kita lakukan dan alami sendiri, sehingga pewartaan kita berpengaruh kuat pada orang lain. Pewartaan tentang Kristus hanya bisa berpengaruh kuat pada orang lain, kalau kita sendiri mengalami Yesus itu dalam pengalaman pribadi kita. Karena pengalaman dan keyakinan itu, maka diri kita dapat menjadi "jembatan" yang menghubungkan dan menyatukan orang lain dengan Kristus.
Bacaan Injil (Yoh.1:29-34) menampilkan sosok seorang Yohanes Pembaptis yang mewartakan Yesus sebagai Anak Domba Allah: "Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia" (Yoh 1:29). Melalui pewartaannya ini, Yohanes Pembaptis telah menunjukkan siapa Yesus itu bagi kita. Yesus adalah Anak Domba Allah, yang telah mengorbankan hidupNya untuk menebus dosa-dosa kita. Kesadaran ini harus mendorong kita untuk mewartakan kepada sesama kita bahwa dalam diri Yesus, Anak Domba Allah, ada belas kasih Allah yang terus-menerus menghapus dosa-dosa kita: "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba" (Yes.1:18).
Pewartaan Yohanes Pembaptis tentang Yesus Sang Anak Domba Allah, tidak terlepas dari penghayatan dan keyakinannya yang mendalam akan misi pengorbanan Yesus dalam menyelamatkan umat manusia dari kuasa dosa. Demikianpun pewartaan kita tentang Yesus sebagai Anak Domba Allah, harus pertama-tama muncul dari penghayatan dan kesadaran kita sebagai pribadi yang ditebus oleh pengorbanan Yesus. Jika kita tidak menghayati dan menyadari hal tersebut, maka pewartaan kita tidak akan bermakna dan tidak akan bergema, karena tidak berasal dari kesaksian dan pengalaman kita pribadi.
Bagi Yohanes Pembaptis, Yesus adalah segala-galanya. Ia sungguh menyadari siapa dirinya di hadapan Yesus, maka ia dengan jujur dan rendah hati mengatakan: "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil"-Illum oportet crescere me autem minui-(Yoh.3:30). Bagi kitapun pewartaan kita hanya bisa bergema dan menghasilkan buah-buah kebaikan bagi orang lain, kalau kita menjadikan Yesus sebagai segala-galanya dalam hidup kita. Dan lewat pewartaan kita, Kristus harus semakin besar dan kita semakin kecil agar kekuatan Kristus menaungi kita dan semua orang yang kita layani. Semoga oleh pewartaan kita, Kristus dicintai dan hidup di hati semua orang.
A M I N.
***************
Bacaan-bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Minggu Biasa ke-2, 19 Januari 2020
KESAKSIAN KRISTEN
Tema renungan kita pada hari ini ialah: Kesaksian Kristen. Ada sebuah perkara di pengadilan daerah, yang menghadirkan seorang saksi kunci dengan tujuan membebaskan pihak yang tertuduh. Orang tertuduh itu sangat diyakini tidak pernah berbuat jahat, sehingga ia sebenarnya dituduh secara palsu. Saksi kunci itu adalah kepala desa yang bijaksana.
Selama memberikan kesaksian ia bersuara lantang begini, "Demi Allah yang maha kuasa, pemilik semesta alam, dan demi membela kemanusiaan secara adil dan benar, saya bersaksi." Semua orang yang mendengarkan kesaksian itu terbawa emosi sehingga ada yang merasa terharu, kagum, takut, dan marah.
Pengadilan itu berakhir dengan pembebasan semua tuduhan atas terdakwa. Kesaksian kita dengan memakai nama Tuhan dan alam semesta adalah sebuah kesaksian suci. Demikian juga kesaksian yang dibuat atas nama keadilan, kemanusiaan, dan kebaikan di dunia adalah kesaksian yang mulia. Ini adalah kesaksian Kristen yang sesungguhnya.
Pada hari Minggu ini, bacaan-bacaan kita berbicara tentang kesaksian tentang kebenaran identitas Tuhan Yesus Kristus. Yohanes Pembaptis bersaksi bahwa satu pribadi Yesus Kristus memiliki dua status yang sama-sama penting, yaitu sebagai Anak Allah, Tuhan penghuni surga, dan sebagai Anak Domba Allah. Dua status ini menyatu dalam diri Yesus Kristus. Perlu ada kesaksian yang benar tentang Dia, seperti yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis.
Ia sebagai Tuhan karena sebagai pribadi kedua Tritunggal yang disebut Anak Allah. Ia sebagai Anak Domba Allah karena sebagai seorang manusia, Ia relakan diri sebagai penebus dan penyelamat umat manusia dan seluruh dunia. Tuhan yang suci ini adalah Tuhan yang universal, karena kesucian adalah untuk semua. Maka Santo Paulus menyebutnya, bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan mereka dan Tuhan kita. Tuhan tidak boleh dikurungkan, dimonopoli atau dibatasi.
Yesus Kristus sebagai Anak Domba Allah menjalankan perannya untuk membebaskan manusia dari dosa, perbudakan dunia, dan penderitaan. Ia merelakan diri-Nya mati karena ingin supaya pembebasan itu tercapai. Peran ini kemudian diwariskan kepada Gereja dan semua anggotanya supaya memberikan suatu kesaksian Kristen yang sesungguhnya, yaitu menjadi seperti Kristus. Setiap pengikut Kristus, menurut nabi Yesaya, sejak dari kandungan ibunya sudah ditetapkan menjadi hamba Tuhan. Tugas hamba Tuhan ialah bekerja terus-menerus bagi kebaikan dan keselamatan jiwa manusia. Pertama-tama ialah jiwanya sendiri, kemudian jiwa saudara dan saudarinya.
Marilah kita berdoa. Dalam nama... Ya Allah, semoga dengan perayaan hari Minggu ini, kami semakin menyerupai Yesus Anak Domba Allah. Bapa kami... Dalam nama Bapa...
Comments
Post a Comment