Bacaan dan Renungan Harian, Kamis 16 Januari 2018 Mrk 1:40-45

Selamat pagi ☕
"Maka tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tanganNya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir."(Mrk 1:40-45)
Marilah kita juga selalu digerakkan  untuk berbelas  kasih, agar memberikan  kebahagiaan.
Berkah Dalem 
***************


Bacaan Liturgi 16 Januari 2020

Hari Biasa, Pekan Biasa I
Bacaan Pertama

1Sam 4:1-11


Orang-orang Israel terpukul kalah, dan tabut Allah dirampas.
Pembacaan dari Kitab Pertama Samuel:
Sekali peristiwa,
orang Israel maju berperang melawan orang Filistin.
Orang Israel berkemah dekat Eben Haezer, 
sedang orang Filistin berkemah di Afek.
Orang Filistin mengatur barisannya 
berhadapan dengan orang Israel. 
Ketika pertempuran menghebat, 
terpukullah kalah orang Israel oleh orang Filistin, 
yang menewaskan kira-kira empat ribu orang di medan pertempuran itu.
Ketika tentara itu kembali ke perkemahan, 
berkatalah para tua-tua Israel, 
"Mengapa Tuhan membuat kita terpukul kalah 
oleh orang Filistin pada hari ini? 
Marilah kita mengambil tabut perjanjian Tuhan dari Silo, 
supaya Ia datang ke tengah-tengah kita 
dan melepaskan kita dari tangan musuh kita."
Kemudian bangsa itu menyuruh orang ke Silo, 
Mereka mengangkat dari sana tabut perjanjian Tuhan semesta alam, 
yang bersemayam di atas para kerub.
Kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas, ada di sana 
dekat tabut perjanjian Allah itu.
Segera sesudah tabut perjanjian Tuhan sampai ke perkemahan, 
bersoraklah seluruh orang Israel dengan nyaring, 
sehingga bumi bergetar.
Mendengar bunyi sorak itu orang Filistin berkata,
"Apakah arti sorak yang nyaring di perkemahan orang Ibrani itu?" 
Ketika mereka tahu
bahwa tabut Tuhan telah sampai ke perkemahan itu,
ketakutanlah orang Filistin.
Kata mereka: "Allah mereka telah datang ke perkemahan itu.
Celakalah kita, sebab hal seperti itu belum pernah terjadi.
Celakalah kita! 
Siapakah yang menolong kita 
dari tangan Allah yang maha dahsyat ini? 
Allah ini jugalah, yang telah menghajar orang Mesir 
dengan berbagai tulah di padang gurun.
Akan tetapi, hari orang Filistin, Kuatkanlah hatimu, 
dan berlakulah seperti laki-laki, 
supaya kamu jangan menjadi budak orang Ibrani itu, 
seperti mereka dahulu menjadi budakmu. 
Berlakulah seperti laki-laki dan berperanglah!"
Lalu berperanglah orang Filistin, 
sehingga orang Israel terpukul kalah. 
Mereka melarikan diri, masing-masing ke kemahnya. 
Amatlah besar kekalahan itu: 
dari pihak Israel gugur tiga puluh ribu orang pasukan infantri.
Lagipula tabut Allah dirampas 
dan kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas, tewas.

Demikianlah sabda Tuhan!


Bacaan Injil

Mrk 1:40-45


Orang Kusta lenyap penyakitnya dan menjadi tahir.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:


Sekali peristiwa, seorang sakit kusta datang kepada Yesus.
Sambil berlutut di hadapan Yesus,
ia memohon bantuan-Nya, katanya, 
"Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku."
Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, 
lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, 
dan berkata kepadanya, "Aku mau, jadilah engkau tahir."
Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, 
dan ia menjadi tahir.
Segera Yesus menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras,
kata-Nya, "Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan hal ini kepada siapa pun, 
tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam 
dan persembahkanlah untuk pentahiranmu 
persembahan yang diperintahkan oleh Musa, 
sebagai bukti bagi mereka."
Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu 
dan menyebarkannya kemana-mana 
sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. 
Yesus tinggal di luar kota di tempat-tempat yang sepi; 
namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru.

Demikianlah Injil Tuhan!

RENUNGAN SINGKAT:

"YESUS 'MEMBERSIHKAN' SEGALA PENYAKIT - BUTUH KETERBUKAAN DAN PERTOBATAN."

Bacaan Injil hari ini mengajak kita untuk mempunyai iman yang teguh dan kokoh akan Yesus Tuhan kita yang membersihkan kita dari segala 'penyakit' rohani kita khususnya. Dan tentunya Ia juga berkuasa menyembuhkan kita dari segala penyakit jasmani. Mujizat itu nyata.
Tuhan Yesus membutuhkan keterbukaan dan pertobatan dari kita. Orang Israel dalam bacaan pertama tetap kalah walaupun tabut Allah sudah kembali ke tanah Israel. Apa yang salah disini? Mereka tidak sepenuhnya beriman pada Tuhan. Tidak ada kejujuran dan keterbukaan dalam mengimani Tuhan. Hanya mau enaknya saja orang Israel. Mereka diberi pelajaran.
Dan si kusta yang menjadi tahir dalam Bacaan Injil adalah contoh dari orang yang sungguh percaya akan kuasa Tuhan. Kuasa Tuhan itu sungguh sempurna bagi mereka yang percaya padaNya.
Marilah kita terus tingkatkan iman kita pada Tuhan agar lebih kuat dan teguh, tidak mudah goyah.
Semoga. Amin.
Roh Kudus menguatkan dan memampukan kita. Dalam Nama Tuhan Yesus. Amin.


DOA:
Tuhan Yesus terima kasih atas segala karuniaMu dan penyertaanMu. Ampunilah dosa dan salah kami. Bantulah kami agar semakin beriman teguh padaMu, pada kuasaMu yang menyejukkan dan menyembuhkan. Amin.

Tuhan Yesus menyertai dan memberkati kita semua (Dan Keluarga) dan seluruh hari kita
✝✝✝

Salam dalam Kasih Tuhan Yesus,
RP. Lukas Gewa Tiala (Adi), SVD.

***************


KAMIS, 16 JANUARI 2020

Bacaan Liturgi
Hari Biasa, Pekan Biasa I
Bacaan Injil
Mrk 1:40-45

=======================

SIRAMAN ROHANI                                                                                                            

Kamis, 16 Januari 2020                                                                                                                    
RP Fredy Jehadin, SVD

Tema: Datanglah Pada Tuhan Maka Kita Akan Selamat!                                                      Markus 1: 40 – 45

Saudara-saudari ... saya yakin, bahwa kita semua punya pengalaman iman, bagaimana Tuhan membantu kita di saat kita dengan penuh kepercayaan datang kepadaNya dan memohon belaskasihanNya untuk membantu kita. 
Izinkanlah saya untuk membagi pengalaman imanku. Tahun 1979, sewaktu saya masih di SMA kelas satu di Seminari Menengah Pius ke XII Kisol Manggarai Flores, salah satu dari gigi saya alami gangguan. Karena terlalu sakit, maka saya pergi meminta obat pada Pastor Leo Perik SVD, yang menangani obat untuk para seminaris.  Dia memberi saya obat penenang untuk seminggu. Karena waktu itu sudah dekat liburan, maka dia meminta saya supaya sewaktu liburan harus pergi ke dokter gigi untuk urusan selanjutnya. Dengan luguh dan sopan saya menjawabnya, “ya Pater!”. Pada waktu liburan, saya sungguh senang bertemu orangtua dan kakak-kakak. Saking senangnya, gigi yang tadinya sakit, kini tidak terasa sakit lagi. Karena itu saya tidak pergi mengunjungi dokter gigi. Sewaktu liburan selesai, bersama teman-teman, saya kembali ke seminari. Sesudah dua minggu di seminari gigi yang sama kembali kambuh. Waktu itu saya sungguh merasa takut bertemu Pastor Leo Perik. Saya berusaha menahan sakitnya, tetapi pada satu sore, karena terlalu sakit, saya harus pergi meminta obat. Saya masuk ke kamar obat. Di sana Pastor Leo berdiri di samping lemari obat. Saya menyapanya dengan sopan, “Pater, selamat malam.” Ya...selamat malam. Fredy sakit apa? Tanya beliau. Dengan suara sangat halus penuh ketakutan saya katakan: “Sakit gigi Pater!” Mendengar jawaban saya, beliau dengan suara tinggi dan galak katakan: “Sakit gigi? Waktu libur tidak pergi lihat dokter gigi?” Dengan jujur saya katakan: “Saya tidak pergi lihat dokter gigi, karena selama libur saya tidak merasakan sakitnya.”  “Ok... mulai malam ini, engkau harus bayar obat, satu biji obat, Rp 100.” Kata Pastor Perik. Dengan gementar saya menjawabnya, “Baik Pater!” Sewaktu saya keluar dari kamar obat, saya merasa sangat sedih. Saya sudah membayangkan, berapa banyak obat yang akan saya minum dan apakah orangtua saya sanggup membayar uang obat ini? Uang sekolah dan asrama saja sudah sulit dicari. Orangtua saya adalah petani sederhana. “Tidak...saya tidak mau minum obat, saya harus serahkan diriku kepada Tuhan, biarkan Tuhan yang menyembuhkan sakitku.” Kataku kepada diriku sendiri.  Malam itu juga saya langsung pergi ke gua Maria di belakang Kapela seminari. Di depan patung Maria saya berlutut...saya serahkan diriku kepadanya. Saya meminta dia untuk mendoakan saya. Saya katakan kepadanya sambil mencucurkan air mata: “Bunda, saya sakit gigi...malam ini Pater Leo meminta saya untuk membayar setiap obat yang saya terima dari padanya. Bunda, Orangtua saya sangat sederhana, di depan matamu saya buang obat ini (Saya membuang 10 biji obat itu) dan saya serahkan diriku padamu dan tolonglah saya  Bunda, mintalah pada Puteramu, sentuhlah gigiku yang sakit ini agar sembuh kembali.”  Apa yang terjadi selanjutnya? Gigiku yang sakit itu sembuh, baru kambuh kembali di tahun 1983 sewaktu saya sudah di seminari Tinggi. Sungguh satu pengalaman iman yang tidak pernah saya lupa. Saya sungguh percaya, bahwa kalau kita berdoa dengan penuh iman sambil menggugurkan air mata dan luapkan semua isi hati kita kepada Tuhan, maka sudah pasti permintaan kita akan dikabulkan.

Saudara-saudari... Hari ini, si kusta yang sudah lama diasingkan, dengan penuh kepercayaan datang kepada Yesus dan dengan rendah hati, berlutut dihadapan Yesus, memohon belaskasihanNya, katanya: “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” Ia percaya pada kuasa Yesus Kristus. Ia juga tidak memaksa Yesus untuk menyembuhkan dia; ia sadar akan statusnya sebagai orang buangan; orang yang sudah dikucilkan dari masyarakat; orang yang hanya menanti kematian; orang yang sudah tidak punya arti di depan mata orang sehat. Ia sudah mencap dirinya sebagai orang yang tidak punya harga diri dan tidak punya harapan akan dibantu oleh orang sehat. Tetapi karena berkat imannya yang sangat kuat akan kebaikan Tuhan, Ia tetap berani datang mendekat, walaupun hal itu sudah melawan ajaran agama dan adat istiadat Yahudi.
Tetapi bagi Yesus, entah sehat atau sakit semuanya punya arti dan punya harga diri. Yesus tahu baik apa maksud kedatangannya ke dunia ini, Ia datang untuk menyelematkan, menyembuhkan dan membimbing manusia agar kembali kepada Allah. Yesus menjawabi permohonan si kusta dengan penuh sukacita. Ia mentahirkan dia.

Saudara-saudari...  Siapakah si kusta dalam ceritera ini? Si kusta adalah kita, yang mungkin secara rohani alami sakit karena kesalahan dan dosa kita. Karena dosa, kita merasa jauh dari komunitas Allah. Atau mungkin secara fisik kita alami sakit; atau mungkin secara social kita ditolak oleh sesama.
Marilah saudara-saudari… Hari ini kita ikuti tingkah laku si kusta. Datanglah kepada Tuhan: bertekuk lututlah di hadapan Tuhan dan luapkanlah segala isi hati kita kepadaNya. Percayalah sungguh-sungguh, bahwa Dia pasti menyambut kita dan menjamah kita. Dia pasti akan menyelamatkan kita. 
Bersama Bunda Maria kita berdoa: Tuhan, gerakanlah hati kami dan berilah kami kekuatan supaya sanggup datang kepadaMu agar kami boleh dijamah oleh kuasa dan kekuatanMu sehingga kami bisa kembali mendapat kekuatan baru dan selamat. Doa ini kami sampaikan dalam nama Kristus Tuhan kami. Amin.

***************

Sabda Kehidupan
Kamis 16 Januari 2020
Mrk 1:41
Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir."

Hati Yesus selalu tergerak oleh belas kasihan. Itulah hati Allah yang peduli dan mau ikut merasakan beban derita manusia. Tak ada seorangpun yang dikecualikan. Siapapun yang datang padaNya. Yesus pasti bertindak untuk menolong. Janganlah ada keraguan di hati kita untuk datang mendekat dan berharap padaNya. Kesulitan tak akan pernah berhenti mendekati kita, sebagaimana juga kita tak pernah berhenti berharap pada Tuhan. Katakanlah, "Aku punya Tuhan yang jauh lebih besar dari masalahku. Aku tidak sendirian, Yesusku ada bersamaku. Aku tak akan dikecewakan."
Have an extraordinary day. JLU❤

***************


Kamis, 16 Januari 2020
Pekan Biasa I
¤ 1Sam. 3:1-10
¤ Mzm. 44:10-11,14-15,24-25
¤ Mrk. 1:40-45
"Misericordiae"
~ Belas Kasihan_~
   Inilah _sikap dasar_ karya Yesus yang mengalahkan segalanya.
   Adapun _inspirasi_ dari kisah Yesus _menyembuhkan_ seorang sakit kusta ini, antara lain:
1. *Mengandalkan-Nya*
   Allah maha kuasa. KuasaNya bisa menyembuhkan bagi mereka yang mau _datang_ dan _menyerahkan diri_ kepada kehendakNya.
   Di sinilah kita diajak mengandalkan kuasaNya. Mau datang kepadaNya dan lahir baru dengan penuh rasa syukur karena belas kasihanNya.
2. *Mentaati-Nya*
   Belas kasihan Allah selayaknya kita respon dengan mentaati-Nya. Sebab ketidak-taatan akan menghambat pemberitaan kabar baik.
   Di sinilah kita diajar nilai ketaatan terhadap segala perintahNya sebagai wujud kasih dan syukur atas segala kebaikan dan kemurahanNya. Sama halnya ketaatan untuk berbelas kasih kepada sesama yang terpinggirkan, menderita dan kurang beruntung.
   Saudaraku, marilah kita memohon bantuan rahmat kasih pengampunan dan penyembuhanNya karena sadar sebagai orang berdosa.
   Salam Kasih dan Damai Sejahtera Kristus bersama Bunda Maria selalu menyertai kita sekeluarga. Amin.
***************

Mrk.1:40-45 ~ Kamis
_"Aku mau, jadilah engkau tahir."_
Yesus dengan penuh kuasa dan kasih-Nya menyembuhkan orang yang sakit kusta = menghidupkan orang yang sudah mati = memberikan harapan bagi yang putus asa. Perhatian, sentuhan, sapaan, belas kasih dan senyuman tulus bisa memberikan kesegaran dan harapan baru bagi sesama dan cairkan kebekuan hati yang keras membatu.
Saudaraku, senyuman Anda yang sederhana, mungkin biasa bagi Anda tapi justru obat yang bisa menyembuhkan bagi orang yang sangat membutuhkannya.
JLU.


 *DOA:*
Ya Allah Roh Kudus, berilah aku rahmat belas kasih pada orang-orang yang menderita di sekitarku. Jangan biarkan aku keras hati dan tidak acuh pada mereka yang mengalami kesulitan hidup. Semoga hari ini aku boleh mewujudkan perbuatan baik untuk meringankan beban mereka. Amin.

***************



Renungan Harian, Kamis 16 Januari 2018

Bapak dan Ibu, saudara-saudari, Orang-orang muda dan Anak-anak terkasih dalam Yesus Kristus. Selamat pagi, salam bahagia dan salam seroja untuk kita semua. Berkah dalem. Bersama dengan saya, Romo Antonius Garbito Pamboaji, menyampaikan salam dan berkat Allah yang Mahakuasa, Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin.
Hari ini Kamis 16 Januari dalam Pekan Biasa I. Bacaan pertama dalam liturgi hari ini diambil dari Kitab Pertama Samuel 4:1-11. Bacaan Injil dari Injil Markus 1:40-45.
Marilah Saudara-saudari kita mendengarkan Injil Yesus Kristus, menurut Markus.
Sekali peristiwa seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus. Sambil berlutut di hadapan Yesus ia memohon bantuan-Nya, katanya, “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya menjamah orang itu, dan berkata kepadanya, “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir. Segera Yesus menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras, “Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam, dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka.” Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya ke mana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Yesus tinggal di luar kota di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru.
Demikianlah Injil Tuhan.
Terpujilah Kristus.

Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, dalam Injil yang baru saja kita dengarkan diceritakan Tuhan Yesus menyembuhkan orang yang sakit kusta. Posisi orang kusta pada zaman Yesus identik dengan kaum pendosa, najis dan tidak boleh bergabung dengan orang yang bersih kulitnya. Oleh karena itu mereka disingkirkan dari masyarakat luas, menyendiri dan berjuang untuk tetap hidup. Tindakan ini berlangsung turun temurun. Tetapi tidak demikian dengan orang kusta yang diceritakan dalam injil hari ini. Ia berani datang kepada Yesus dan meminta kepada-Nya untuk disembuhkan dari penyakitnya; “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku”. Ini mengandung keyakinan bahwa Yesus memang mampu menyembuhkan penyakitnya. Dan Yesus merespon permintaanya. Injil mengantakan; “hatinya tergerak oleh belas kasihan, Ia mengulurkan tangan-Nya menjamah orang itu, dan berkata kepadanya, Aku mau, jadilah engkau tahir.” Maka seketika itu juga sembuhlah penyakit kustanya. Jelas bahwa orang kusta ini tidak mengandalkan dirinya sendiri. Ia tetap mengandalkan Tuhan di dalam hidupnya. 
Saudara-saudari yang terkasih, Bagaimana Sabda Tuhan hari ini kita aplikasikan dalam kehidupan kita?
Pertama, disekitar kita banyak orang yang mengalami perlakuan seperti orang kusta: dijauhi/dikucilkan, dicemooh, didiamkan, dan disingkirkan. Orang yang hidup seperti itu tentu tidak nyaman, tidak tentram. Mereka sebenarnya dalam hati juga merasakan “kalau engkau mau, sapalah aku!”. Cukup ke-mau-an dari kita, maka banyak orang bisa kita sembuhkan. Marilah kita membuka mata dan hati kita terhadap orang-orang disekitar kita. 
Kedua, Sabda Tuhan hari ini sekaligus juga mengajak kita bertanya dalam diri kita; ketika kita mengalami penderitaan dan kemalangan, apakah kita masih berharap kepada Tuhan atau kita melupakan Tuhan dan mencari yang lain?
Ketiga, Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita, agar kita tidak 
perlu "memaksa" Tuhan. Ia tahu segala yang kita butuhkan. Ia juga 
tahu kapan memenuhinya. Berserah pada otoritas-Nya dan katakan, 
"Jika Engkau mau, ya Tuhan..
Marilah berdoa, 
Ya Tuhan saya tidak pantas Tuhan datang pada saya, tetapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh.

***************


AKU MAU, JADILAH TAHIR
( Markus  1 : 40-45 )

Zaman now muncul fenomena doa "mengklaim"  janji Tuhan. Model doa ini terkesan seperti "memaksa" Tuhan. Ironisnya, tidak sedikit murid Kristus melakukan hal ini
Tidak demikian dengan orang sakit kusta yang dikisahkan di dalam bacaan hari ini*
Dalam konteks zaman itu, kusta adalah penyakit yang belum ada obatnya dan melambangkan dosa serta kenajisan. Karena itu, orang kusta harus dikucilkan dari masyarakat. Jika seseorang berjumpa dengan orang yang sakit kusta, ia menjauhinya dan berteriak "najis, najis."
Menyadari akan sakit yang diidapnya, orang kusta itu datang dan berlutut di hadapan Yesus memohon agar disembuhkan. Ia tahu Yesus dapat menyembuhkannya. Tapi pertanyaannya, apakah Yesus mau? Bukankah orang kusta ini adalah orang yang dikucilkan dari masyarakat? Bukankah ia mengidap penyakit yang dianggap najis oleh orang sekitarnya?
Dalam permintaannya kepada Yesus, orang kusta ini tidak bertanya, "Jika Engkau bisa...", melainkan "Jika Engkau mau..." . Artinya, ia tidak meragukan kuasa Tuhan untuk menyembuhkannya, tetapi ia juga tidak memaksa Tuhan. Ia cukup tahu diri dengan keberadaannya.
Tidak diduga, ternyata Yesus meresponinya dengan begitu indah. Dengan belas kasihan-Nya, Yesus menjamah orang kusta itu dan menyembuhkannya. Yesus meminta orang itu tidak memberitahukan kesembuhannya kepada siapapun.
Ia menyuruhnya pergi kepada imam untuk memperoleh pernyataan resmi atas kesembuhannya dan memberikan persembahan . Karena tidak dapat menahan diri, orang kusta itu menyebarkan berita kesembuhannya oleh Yesus
Dalam permohonan dan doa yang kita panjatkan, sesungguhnya kita tidak perlu "memaksa" Tuhan. Ia tahu segala yang kita butuhkan. Ia juga tahu kapan memenuhinya. Berserah pada otoritas-Nya dan katakan, "Jika Engkau mau, ya Tuhan

***************


Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Kamis pekan biasa I, 16 Januari 2020

TUHAN MEMULIHKAN KITA

Tema renungan kita pada ini ialah: Tuhan Memulihkan Kita. Kebutuhan akan pemulihan di dalam kehidupan adalah mutlak. Tuhan sendiri yang menghendaki pemulihan dan kita diperintahkan untuk melanjutkan tindakan pemulihan di dalam kehidupan kita. Tuhan memulihkan kita dari keadaan sebagai pendosa dan orang yang menderita kesulitan atau sakit. Kita juga memiliki kewajiban untuk memulihkan diri kita sendiri dan sesama kita yang perlu dipulihkan.
Seorang bapak mengisi lima hari setiap minggu dengan bekerja begitu fokus dan penuh dedikasi. Ia memiliki sedikit sekali waktu bersama istri dan anak-anaknya. Pekerjaan yang sangat banyak membuat dirinya sangat lelah ketika sudah berada di rumah. Meski begitu ia masih terus bekerja di rumah. Kekurangan dan kesulitan yang membuatnya menderita ialah tidak ada kesempatan untuk bersama keluarga. Maka ia memulihkan dirinya dari kesulitan itu dengan menyempatkan diri secara penuh bersama keluarga selama akhir pekan.  
Kitab pertama Samuel pada hari ini mengisahkan bagaimana bangsa Israel kalah perang melawan bangsa Filistin dan tabut perjanjian yang menandakan Tuhan Allah hadir bersama mereka dirampas oleh pemenang perang. Mereka juga mengalami terbuang dan terasing dari negerinya, seperti di Babilonia. Mereka menjadi seperti penderita kusta yang terbuang, dijadikan sampah dan menjadi tidak berguna. Jadi mereka sangat mendambakan pemulihan dari Tuhan.
Yesus menyembuhkan orang kusta merupakan bagian dari tugas-Nya sebagai Penyelamat, untuk mentahirkan umat pilihan-Nya dari borok-borok sakit mengerikan, yang membuat mereka tersiksa sekian lama. Bagi kita saat ini, pemulihan sebuah kehidupan pribadi, keluarga, kelompok, dan bangsa menjadi sebuah kebutuhan. Upaya untuk mewujudkan suatu pemulihan hidup di dalam dunia ini hanya dapat berhasil baik kalau dilakukan dengan kuasa Allah.
Kita meminta campur tangan Tuhan Yesus untuk mentahirkan atau memulihkan hidup kita dalam segala aspek. Seseorang secara pribadi memohon untuk pemulihan atas sakit jasmani atau rohani yang sedang menderanya. Mungkin pemulihan sangat diperlukan sebuah kehidupan keluarga, kampung, desa, kota, atau wilayah. Mungkin suatu kebutuhan pemulihan lebih diperlukan oleh sebuah bangsa atas kondisi ekonomi atau keamanan bagi segenap masyarakatnya.
Tuhan berkuasa memulihkan hidup kita. Namun ini sangat bergantung pada permohonan yang disampaikan kepada-Nya. Dengan mendapatkan pemulihan, kita dapat kembali bekerja, mendapatkan lagi semangat hidup, bangun dari keterpurukan, dan mengalami hidup baru. Dalam mengawali tahun 2020 ini, hendaklah kita meminta rahmat pemulihan dari Tuhan, agar dapat membuat hidup kita lebih baik lagi dari pada sebelumnya.
Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan maha kuasa, inilah diri kami, baharuilah kami sesuai dengan kehendak-Mu. Bapa kami... Dalam nama Bapa...  

Comments